Teripang Akhiri Derita Tumor Lambung
Trubus
Edisi: Senin, 04 September 2006
Teripang Akhiri Derita Tumor Lambung
Tumor lambung itu datang dengan isyarat ruam-ruam merah di permukaan
kulit Retno Dewi Kurniati yang putih. Demam kemudian mengiringinya. Ia
menduga itu gejala serangan cacar air. Namun, 4 jam berselang,
kerongkongan perempuan 41 tahun itu seperti tersumbat. Betapa sulitnya
bernapas saat itu. Ia merasa maut menjemput sehingga dengan terbata-bata
meminta maaf kepada suami.Mendengar kata-kata sang istri, Danu
Ismedi-suami Retno-hanya tertegun. Saya mengira istri saya terkena
serangan jantung, kenang Danu.
Tak tega melihat penderitaan istri, keesokan harinya Danu bergegas
membawa Retno ke dokter. Saran dokter, agar Retno diperiksa di
Rumahsakit Mitra Internasional, Jatinegara, Jakarta Timur. Namun
sebelumnya, ibu dua anak itu mesti dirontgen dan cek darah.
Di rumahsakit rujukan, dokter spesialis penyakit dalam memeriksa
hasil tes darah dan rontgen. Kesimpulan dokter: tak ada masalah pada
jantung Retno. Dokter menduga, ia hanya menderita gastroartritis alias
radang lambung. Oleh sebab itu, Retno hanya diberi resep obat untuk
mengurangi mual dan kembung seperti yang diberikan pada penderita maag.
Endoskopi
Semakin hari derita Retno kian bertambah. Selain sesak napas yang
semakin kerap kambuh, perutnya juga membuncit. Di kantor, banyak rekan
yang menyangka saya hamil, ujar Retno. Dua pekan kemudian, Danu membawa
Retno ke salah seorang kerabatnya yang juga dokter spesialis penyakit
dalam. Hasil diagnosis kerabatnya itu pun sama: Retno hanya menderita
gastroartritis.
Karena tak ada gejala membaik, Retno mencoba pengobatan alternatif.
Sambil mengkonsumsi obat dokter, ia juga mengasup herbal. Sayang,
sebulan mengkonsumsi herba itu tak juga mengurangi derita Retno. Ia pun
mencoba pengobatan alternatif berupa terapi aura. Hasilnya sama, tak ada
perubahan berarti.
Retno kembali berkonsultasi dengan dokter klinik di tempatnya
bekerja. Dokter menyarankan untuk menemui salah seorang dokter spesialis
penyakit dalam lainnya di rumahsakit tempat ia memeriksakan diri
pertama kali. Karena penasaran, akhirnya Retno menuruti.
Pada Mei 2005, Retno menemui dokter yang disarankan itu. Ia pun
menceritakan keluhan dan aneka pengobatan yang tak kunjung menyembuhkan
penyakitnya. Sang dokter akhirnya menyarankan untuk dilakukan endoskopi.
Setelah dibius, sebuah kamera mikro dimasukkan ke mulut Retno. Secara
perlahan kamera itu menyusuri kerongkongan.
Dibakar
Ketika kamera mencapai lambung, dokter melihat kejanggalan. Pada
dinding lambung terdapat beberapa benjolan. Pada lambung istri Anda
terdapat polip, kata Danu menirukan ucapan dokter. Menurut dr Arijanto
Jonosewojo SpPD, spesialis penyakit dalam RS Dr Soetomo, Surabaya, polip
lambung semacam tumor. Seperti halnya tumor, polip merupakan
pertumbuhan sel dinding lambung (mukosa) yang abnormal. Penyebabnya
belum jelas. Kemungkinan besar disebabkan faktor genetik, katanya.
Polip menyebabkan produksi asam lambung meningkat. Akibatnya, perut
kembung. Dalam jangka waktu tertentu, polip dapat berubah menjadi
kanker. Oleh sebab itu harus segera ditangani. Pada tahap awal, pasien
diberi obat-obatan untuk meningkatkan kekebalan tubuh sehingga mematikan
sel tumor.
Jika sudah membesar, polip harus dibakar. Itulah yang ditawarkan
dokter kepada Retno. Meski mulanya ngeri, akhirnya Retno menyanggupi.
Pada Juni 2005, ia kembali menemui sang dokter. Setelah dibius, kamera
mikro dan alat pembakar berupa batang elastis sebesar sapu lidi
dimasukkan ke dalam lambung melalui mulut. Ujung alat berbahan logam
yang dipanaskan. Kemudian, ujung alat itu disentuhkan satu per satu pada
benjolan-benjolan di dinding lambung hingga luruh.
Operasi itu berjalan singkat, hanya 15 menit. Setelah siuman, Retno
diperbolehkan pulang. Agar benar-benar sembuh, Retno dibekali 3 obat
berupa tablet dan 1 obat cair. Obat tablet dikonsumsi 3 kali sehari
masing-masing 1 tablet; obat cair masing-masing 1 sendok makan. Selama
penyembuhan, Retno mesti disiplin mengkonsumsi obat. Jika luput, terapi
mesti dilakukan dari awal. Ia pun harus berpantang makanan yang
menghasilkan gas saat dicerna di lambung, seperti kubis, daun singkong,
cokelat, dan keju.
Setiap dua pekan, Retno memeriksakan diri. Tak terasa, delapan bulan
sudah wanita kelahiran Bogor itu menjalani proses penyembuhan. Selama
itu pula ia terus-menerus mengkonsumsi obat-obatan kimia. Namun,
kesembuhan tak juga menghampiri. Buktinya saya harus minum obat terus.
Berarti lambung saya belum sembuh, katanya.
Pada Maret 2006, ia membaca Trubus yang memuat artikel tentang
khasiat jeli teripang untuk mengobati penyakit lambung. Karena berharap
sembuh, Retno pun menghubungi salah satu agen dan memesan jeli teripang.
Jeli gamat-sebutan teripang di Malaysia-itu dikonsumsi 3 kali sehari
masing-masing 1 sendok makan. Khawatir menimbulkan efek buruk, Retno
berhenti mengkonsumsi obat dokter.
Tiga hari mengkonsumsi jeli teripang, kondisi tubuh Retno mulai
membaik. Badan saya lebih fit dan tidur lebih nyenyak, katanya. Keesokan
harinya Retno memeriksakan diri. Saat diperiksa, dokter menyatakan
kondisi lambungnya sudah membaik. Padahal, pada pemeriksaan sebelumnya,
tak satu pun komentar itu terucap dari sang dokter. Ia pun tak
dianjurkan lagi untuk memeriksakan diri. Untuk berjaga-jaga, dokter
hanya meresepkan satu jenis obat.
Antiangiogenesis
Keampuhan gamat atau teripang jeli mengusir tumor telah dibuktikan
Tong Y, dkk, dari Divisi Farmakologi Antitumor, State Key Laboratory of
Drug Research, Shanghai Institute of Materia Medica, Chinese Academy of
Sciences, Shanghai, Cina. Tong mengisolasi saponin sulfat dari teripang
Pentancta quadrangulari yang disebut philinopside A. Dengan menyuntikkan
2-10 mikroliter philinopside A pada aorta tikus, sanggup mencegah
pembentukan pembuluh darah mikro baru (angiogenesis) pada sel tumor.
Akibatnya, sel tumor tidak mendapat pasokan nutrisi sehingga sel urung
berkembang dan akhirnya mati. Hasil itu membuktikan bahwa philinopside A
pada teripang berpotensi sebagai antitumor.
Nun di Rusia, Popov AM, periset Pacific Institute of
Bioorganic Chemistry, Far East Division of the Russian Academy of
Sciences, Vladivostok, Rusia, juga meneliti khasiat teripang
mengatasi tumor. Ia membandingkan efek sitotoksik antara teripang dan
ginseng. Pada pemberian 5-20 mikrogram ginsenosida-karbohidrat pada
ginseng-tidak memberikan efek sitotoksik yang signifi kan. Sedangkan
glikosida dari teripang seperti echinosida A dan B, holothurin A dan B,
holotoxin A1, dan curcumariosida G1, mempunyai aktivitas sitotoksik
signifikan. Hal itu mengukuhkan khasiat teripang yang berpotensi
antitumor dan antikanker.
Beragam senyawa aktif yang terkandung dalam teripang itulah yang
berperan mengatasi polip lambung alias tumor lambung. Dengan
mengkonsumsi ekstrak teripang secara rutin, Retno Dewi Kurniati akhirnya sembuh dari derita polip lambung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar